Paragraf adalah
suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya
harus dimulai dengan barisbaru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea.
Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam
(geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan
atau spasi.
Menurut Arifin dan S. Amran Tasai (2006:125) “Paragraf
adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik”. Kalimat
dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam
membentuk gagasan atau topik tersebut.
Menurut Akhaidah dan kawan-kawan (1999:144) paragraf
merupakan inti penuangan buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam
paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat
topik, kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini
saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan.
Pengertian
paragraph menurut saya, paragraph adalah kumpulan dari beberapa kalimat yang
mengandung ide pokok tertentu, dan diawali dengan kata yang letaknya menjorok kedalam.
B. JENIS-JENIS
PARAGRAF
ü Paragraf Deduktif adalah Paragraph yang letak kalimat utamanya terdapat di awal
paragraph, contoh :
Kegiatan seorang
penulis dapat disamakan dengan seorang petani yang mencangkul sawah ladangnya. Pak tani akan
bertenaga kalau cukup makan dan minum. Bila kurang makan dan minum, ia akan cepat
merasa lelah, letih, dan loyo. Demikian pula seorang penulis. Bila penulis sedikit
membaca, kurang melakukan riset untuk bahan
tulisannya, dan tidak sensitive terhadap lingkungannya, tentu saja ia akan kehabisan ide.
ü Paragraf Induktif adalah Paragraf yang letak kalimat utamanya terdapat di
akhir paragraph, contoh :
Pulau Jawa dan Madura yang luasnya hanya 6,7% dari
luas Indonesia saat inidihunioleh 60% penduduk Indonesia. Kepadatan penduduk di
Jawa kurang lebih 900 orang per kilometer persegi. Di wilayah Semarang mencapai
1.832 orang per kilometer persegi. Kepadatan penduduk ini sangat luar biasa bedanya
dengan wilayah Indonesia lainnya. Di Papua kepadatannya hanya 4 orang per
kilometer persegi. Bahkan, di Kabupaten Merauke yang luasnya hamper sama dengan
Pulau Jawa dan penduduknya hanya 270.000 orang itu, kepadatannya hanya 2 orang
per kilometer persegi. Karena itu, siapa
pun tidak akan ragu-ragu mengatakan bahwa penyebaran penduduk Indonesia tidak merata.
ü Paragraf Campuran adalah Paragraf yang letak kalimat utamanya terdapat di
awal dan akhir paragraph, contoh :
Mulai sekarang
kita harus membiasakan hidup bersih. Kita buang sampah di tempatnya. Jangan
sampai ada sampah tercecer di sembarang tempat. Sebab, selain mengesankan jorok dan menimbulkan bau busuk,
sampah juga menjadi sarang penyakit. Berbagai bibit penyakit yang berkembang biak
di dalam sampah itu mengancam kesehatan kita. Semakin banyak sampah di sekitar kita,
semakin besar pula ancaman itu. Sebaliknya, semakin bersih lingkungan kita,
semakin besar pula harapan kita untuk hidup sehat. Karena itu, kita harus menjaga kebersihan lingkungan.
C. JENIS-JENIS
KARANGAN
ü Karangan Narasi adalah Karangan yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian,
contoh :
Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat
ia mengayungkan pedang itu ke tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang dan
membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali Patih Pranggulang melakukanhal
itu. Akan tetapi, semuanya gagal.
Patih Pranggulang menyimpulkan dalam hati bahwa Tunjungsekar
tidak bersalah. Lalu, dia segera membuat rakit dari kayu-kayu kering dan meminta
kepada Tunjungsekar agar menaiki rakit yang akan dihanyutkannya ke tengah laut.
Dengan pasrah, Tunjungsekar mengikuti saran Patih Pranggulang. Perlahan-lahan rakit
itu bergerak meninggalkan pantai, makin lama makin jauh ke tengah laut. Patih Pranggulang
memperhatikan rakit yang makin lama makin jauh ke tengah laut dengan mata berkaca-kaca.
ü Karangan Deskripsi adalah Karangan yang menggambarkan atau memberikan sesuatu
dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah menyatakan atau mengalami sendiri
hal atau peristiwa yang digambarkan itu, contoh :
Setelah mendapat isyarat dari ketua rombongan,
kami bergerak meninggalkan Hotel Ayong, Linggarjati, berjalan kaki menuju sebuah
rumah di belakang hotel. Rumah yang masih tampak baru itu di bangun persis di
antara hotel dan sungai. Pemandangan yang amat indah mengitarinya. Di sebelah kiri
rumah, seberang sungai, tampak sawah yang bertingkat-tingkat berbatasan dengan bukit-bukit
yang rimbun. Di depannya, setelah halaman yang ditata apik, tampak sawah ladang
yang luas sampai kota Cirebon, sedangkan di belakang rumah tampak menjulang tinggi
Gunung Cerme yang seolah-olah menjaga rumah yang cukup besar dan mewah itu.
Di teras rumah sudah tersedia nasi panas dan ayam goreng,
terdapat juga sambal dan lalapan. Yang lebih istimewa lagi, ada ikan bakar yang
masih mengepulkan asap. Panas dan gurih baunya. Terpaan angin gunung yang
dingin dan gurihnya ikan bakar membuat kami semakin lapar dan selera makan kami
meningkat tajam. Karena itu, setelah dipersilahkan oleh tuan rumah, kami tak malu-malu
menyantap semua hidangan dengan lahap. Enak, gurih, dan pedas kami rasakan sampai
benar-benar kenyang.
ü Karangan Eksposisi adalah Karangan yang berusaha menerangkan atau menginformasikan
suatu hal untuk memperluas wawasan pembaca, contoh :
Pendapat lama mengatakan bahwa pidato dianggap sebagai
seni yang hanya dapat dilakukan dengan baik oleh orang berbakat. Mulanya Dale
Carnegie, penyelenggara kursus pidato termasyhur, mengakui pendapat itu. Namun,
setelah beberapa tahun menyelenggarakan kursus dengan ribuan siswa dari berbagai
negara, akhirnya dia sampai pada kesimpulan bahwa pidato termasuk jenis keterampilan yang dapat dilakukan oleh semua
orang normal yang beminat.
Orang yang dikaruniai bakat berpidato memang ada meskipun
tidak banyak. Namun, berbekal bakat saja tanpa disertai upaya belajar dan berlatih,
orang tidak akan berpidato dengan baik.
Sebaliknya, tanpa bakat pun kalau orang mau belajar dan berlatih, ia pasti dapat
melakukannya dengan baik. Sebab, pengaruh bakat itu sebenarnya hanya kecil sekali.
Seorang pakar mengatakan bahwa pengaruh bakat
itu hanya sepuluh persen, sedangkan sisanya yang sembilan puluh persen murni hasil
belajar dan berlatih.
ü Karangan Argumentasi adalah Karangan yang bertujuan untuk membuktikan sesuatu.
Melalui pengamatan dan penelitian serta analisis dan sintesis, dapat dikumpulkan
berbagai fakta, angka, grafik, peta, dan
lain-lain untuk membuktikan kebenaran paparan karangan itu, contoh :
Untuk meningkatkan perekonomian negara, kita harus
meningkatkan pembangunan dalam bidang industry. Kenyataan membuktikan bahwa negara-negara
yang lebih dahulu maju itu dapat menjadi negara maju bukan hanya bertumpu pada pertanian,
melainkan pada industry. Amerika, Jerman, Korea, dan Jepang adalah contoh negara-negara
maju karena sector industry di negara-negara itu berkembang pesat.
Bahwa pembangunan industry dapat meningkatkan perekonomian
negara, kita lihat contoh nyata di Jepang. Kemajuan industry Jepang luar biasa.
Barang-barang produksi Jepang melimpah ruah. Contohnya dapat kita lihat di
sekitar kita. Mobil dan motor buatan Jepang bersliweran di jalan-jalan.
Demikian pula alat-alat elektronik di rumah kita, mulai dari radio, televisi,
lemari es, setrika, sampai mesin cuci. Hampir semuanya buatan Jepang. Bukan hanya
di negara kita, produk Jepang itu juga menguasai pasaran dunia. Karena itu,
hingga sekarang ekonomi Jepang sangat kuat dan bahkan termasuk salah satu yang
ekonominya terkuat di dunia.
ü Karangan Persuasi adalah Karangan yang bertujuan mempengaruhi pikiran,
pendapat, atau sikap pembaca dengan memberikan penekanan aspek emosional,
contoh :
Praktik berpidato memang luar biasa manfaatnya. Pengalaman
setiap kali praktik merupakan pengalaman batin yang sangat berharga. Semakin sering
praktik, baik dalam berlatih maupun berpidato yang sesungguhnya, pengalaman batin
itu semakin banyak. Dari pengalaman batin itu pembicara dapat menemukan cara-cara
pidato yang efektif dan memikat. Semakin banyak daya pikat ditemukan dan semakin
sering diterapkan dalam praktik, semakin meningkat pula ketrampilan pembicara.
Tidak dapat disangkal bahwa praktik berpidato menjadi
semacam ‘obat kuat’ untuk membangun rasa percaya diri. Bila rasa percaya diri itu
sudah besar, pembicara dapat tampil tenang tanpa digoda rasa malu, takut, dan grogi.
Ketenangan inilah yang menjadi modal utama untuk meraih keberhasilan pidato. Karena
itu, untuk memperoleh keterampilan atau bahkan kemahiran berpidato, Anda harus melaksanakan
praktik berpidato.